Catatan Faidah 16:
TERTIPU DENGAN DUNIA
Orang-orang kafir Jahiliyah dahulu punya mindset, bahwa orang yang Allah berikan dunia kepadanya menunjukkan ridha Allah kepadanya. Sebagaimana firman Allah tentang perkataan mereka:
{ وَقَالُوا۟ نَحۡنُ أَكۡثَرُ أَمۡوَ ٰلࣰا وَأَوۡلَـٰدࣰا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِینَ }
Dan mereka berkata, "Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.”
[Surat Saba': 35]
Padahal banyaknya harta, anak, dan kemakmuran bukanlah pertanda cinta Allah kepada hamba. Bahkan terkadang Allah memberikannya kepada orang kafir sebagai istidraj.
Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
إن الله يعطي الدنيا من يحب و من لا يحب، و أما الدين فلا يعطيه إلا من يحب
"Sesungguhnya Allah memberikan dunia ini kepada orang yang Allah cintai dan tidak Allah cintai. Ada pun agama ini hanya Allah berikan hanya kepada orang yang Allah cintai" (HR At Tirmidzi. Dishahihkan syaikh Al Albany dalam Shahih Jami')
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- orang yang paling mulia di sisi Allah, demikian pula para shahabat, mereka juga mengalami kelaparan, tertimpa kefakiran dan kemiskinan. Padahal para shahabat ini adalah manusia yang paling mulia setelah para nabi. Sedangkan orang-orang kafir mendapatkan kelapangan dunia dan kegembiraan dengan berbagai kenikmatan sebagai istidraj bagi mereka.
Oleh karenanya, kemewahan dunia bukanlah barometer kemuliaan hamba di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala. Adapun yang dijadikan indikator kemuliaan hamba di sisi Allah jika hamba tersebut melakukan amal shalih, baik dia kaya maupun miskin. Inilah ukuran kemuliaan di sisi Allah.
Ada pun dari sudut pandang manusia bahwa orang yang mendapatkan limpahan dunia dan kekayaan serta kemakmuran mereka inilah yang memiliki kemuliaan di sisi Allah, sedangkan orang fakir dan melarat merekalah orang yang hina di sisi Allah.
Dinukil dari Syarah Masail Jahiliyyah syaikh Fauzan hafidzahullah.
0 comments:
Posting Komentar