Catatan Faidah (18):
Prinsip Jahiliyah: Sesuatu itu Batil Jika Orang-orang Lemah Mengerjakannya Lebih Dahulu
Orang-orang Jahiliyah beranggapan bahwa sesuatu itu batil jika dikerjakan terlebih dahulu oleh orang-orang rendahan.
Allah ta'ala berfirman tentang ucapan mereka:
لَوۡ كَانَ خَیۡرࣰا مَّا سَبَقُونَاۤ إِلَیۡهِۚ
"Sekiranya Al-Qur`ān itu sesuatu yang baik, tentu mereka tiada pantas mendahului kami (beriman) kepadanya.” [Surat Al-Ahqaf: 11]
Orang-orang musyrik Jahiliyah dahulu berkata: "Kami ini orang berpengetahuan, berpengalaman, intelek, dan kami mengetahui banyak permasalahan. Menurut kami, ajaran yang dibawa oleh Muhammad ( -shallallahu 'alaihi wa sallam-) ini tidaklah benar sehingga kami pun meninggalkannya. Seandainya ajaran dia ini benar niscaya kami akan lebih dahulu mengikutinya. Kami tidak tidak mengerjakannya menunjukkan ajaran itu tidak benar".
Ini adalah puncak kebatilan karena pengikut kebenaran tidaklah terbatas pada kelas sosial tertentu. Bahkan menjadi pengikut kebenaran adalah anugerah Allah dan taufiqNya yang Dia berikan kepada siapa pun dari hamba yang dikehendakiNya. Justru pengikut para Rasul kebanyakannya adalah orang-orang yang lemah. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
{ ۞ قَالُوۤا۟ أَنُؤۡمِنُ لَكَ وَٱتَّبَعَكَ ٱلۡأَرۡذَلُونَ }
Mereka berkata, "Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?”
[Surat Asy-Syu'ara: 111]
{ وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِینَ هُمۡ أَرَاذِلُنَا بَادِیَ ٱلرَّأۡیِ }
"...dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya..."
[Surat Hud: 27]
Yaitu orang-orang bodoh. Mereka menganggap bahwa merekalah orang-orang yang berwawasan dan brilian. Seandainya yang dibawa Nuh 'alaihis salam adalah kebenaran maka para pengikutnya adalah para cerdik pandai dan orang-orang terhormat di kalangan mereka. Ini adalah anggapan yang sesat. Sebab, pada umumnya, orang yang mengingkari kebenaran adalah orang-orang yang hidupnya mewah. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
{ وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا فِی قَرۡیَةࣲ مِّن نَّذِیرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَاۤ إِنَّا بِمَاۤ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَـٰفِرُونَ }
Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, "Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.”
[Surat Saba': 34]
Dan umumnya pengikut kebenaran adalah orang-orang yang status sosialnya rendah dan fakir karena mereka tidak punya kesombongan.
Mengukur kebenaran sesuatu karena pengikutnya adalah orang-orang kaya atau yang punya kedudukan dan mengukur kebatilan karena pengikutnya adalah orang-orang yang status sosialnya rendahan adalah cara pandang orang-orang Jahiliyah. Tidak boleh kita jadikan ini sebagai patokan untuk menimbang kebenaran dan kesesatan. Oleh karenanya ulama berkata:
"Kebenaran tidaklah diukur dari orang-orangnya, namun status orang-orang itu bisa diketahui dengan kebenaran".
Disarikan dari Syarah Masail Jahiliyah Syaikh Fauzan hafidzahullah.
0 comments:
Posting Komentar