Catatan Faidah (15):
MENAHAN DIRI KETIKA MARAH
Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَيْسَ الشَّدِيدُ بالصُّرَعَةِ؛ إِنَّمَا الشَدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ»[1]؛ متفق عليه.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Orang yang kuat itu bukanlah yang jago bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah" (Muttafaqun 'alaih)
Dalam riwayat yang lain:
وعن سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنْتُ جالِسًا مَعَ النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلَانِ يَسْتَبَّانِ، وَأَحَدُهُمَا قدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ، وانْتَفَخَتْ أوْدَاجُهُ، فَقَالَ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ باللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ، ذَهَبَ مِنْهُ مَا يَجِدُ»، فَقَالُوا لَهُ: إِنَّ النَّبيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «تَعَوَّذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ»[2]؛ متفق عليه.
"Dari Sulaiman bin Shurod radhiyallahu 'anhu berkata: Kami pernah duduk-duduk bersama Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- dan ada dua orang yang sedang bercekcok. Salah seorang darinya memerah mukanya dan naik darah. Maka Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Sesungguhnya aku tahu ada satu kalimat yang seandainya dia mau mengucapkannya, niscaya akan sirna apa yg dia alami. Seandainya dia mau mengucap: A'udzu billahi minasy syaithonir rojim (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk) niscaya sirna apa yang dia alami"
Maka para shahabat pun berkata kepadanya: Sesungguhnya Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- memerintahkan: Minta perlindunganlah dari setan yang terkutuk". (Muttafaqun alaih)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh berkata: "Kedua hadits yang disebutkan oleh penulis (riyadhus Shalihin) ini tentang marah. Amarah adalah potongan bara api yang dilemparkan oleh setan ke hati manusia sehingga berkobarlah kemarahannya, menjadi naik darah, memerah mukanya, terkadang berkata-kata dengan tanpa berpikir dan bertindak dengan tindakan yang tidak masuk akal".
Oleh karenanya, Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- dalam hadits Abu Hurairah di atas menjelaskan bahwa petarung yang kuat itu bukanlah yang berhasil melumpuhkan lawan-lawannya, tetapi orang yang kuat itu adalah yang mampu mengendalikan dirinya sewaktu marah. Kemarahan pada hakekatnya adalah dari setan. Jika dia tidak mampu mengendalikan dirinya saat marah, maka setanlah yang menyetir dirinya. Sehingga tidak heran ketika marah dan lepas kontrol terkadang seseorang melakukan hal-hal di luar nalar.
Ada yang karena marah ada yang memukul anaknya, bahkan sampai meninggal. Ada yang meluapkan kemarahannya pada barang-barang dan harta bendanya, dirusak atau pun dibakar. Ada yang memukuli istrinya hingga cidera dll.
Bahkan, seorang hakim tidak boleh memutuskan suatu perkara ketika dia sedang marah karena bisa jadi karena kemarahannya dia tidak bisa melihat permasalahan dengan jernih sehingga keputusannya dipengaruhi amarahnya yang berakibat dia memutuskan perkara tanpa haq sehingga berakibat mendzalimi manusia.
Hadits ini memotivasi kita agar kita bisa menahan diri dan tetap bisa self control ketika sedang dihinggapi amarah. Sebab, akhir dari kemarahan adalah penyesalan.
Sedangkan hadits kedua, hadits yang diriwayatkan oleh shahabat Sulaiman bin Surad
adalah petunjuk Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- kepada seseorang ketika marah yaitu dengan meminta perlindungan diri kepada Allah. Orang yang sedang marah disyariatkan agar menahan dirinya, bersabar, dan memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
Disyariatkan juga bagi orang yang sedang marah untuk berwudhu. Jika sedang berdiri hendaknya duduk. Jika dia duduk hendaknya berbaring. Jika khawatir melakukan hal-hal yang memudharatkan hendaknya dia pergi ke tempat lain agar mereda kemarahannya dan dia tidak melakukan hal-hal tercela yang berakhir dengan penyesalan.
Allahu muwaffiq.
0 comments:
Posting Komentar